“Kisah Nabi Musa, Yusuf,
dan Sulaiman dapat menjadi rujukan,” kata Sekretaris Jendral Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) Anis Matta, di Kabupaten Sukabumi, Jumat (31/8) malam. Dia
mengatakan kisah ketiga nabi itu memberikan gambaran situasi yang berbeda, soal
posisi dan pertarungan politik. Yaitu dari posisi kelompok berbasis agama
sebagai ‘oposisi’ sampai pemegang kekuasaan.
Meski gambaran situasinya
berbeda, Anis mengatakan ada kesamaan dari semua kisah itu. Pemenang, kata
Anis, bukan siapa yang mengalahkan atau membunuh musuh paling banyak. “Tapi
yang paling lama tetap hidup,” ujar dia. Kondisi itu berlaku juga dalam ‘pertarungan’
politik sampai hari-hari ini.
Merujuk kisah Yusuf, Anis
optimistis partainya masih punya peluang menjadi pemenang politik Indonesia.
Salah satu versi riwayat, menyebutkan Yusuf butuh waktu 40 tahun untuk membuat
saudara-saudaranya mengakuinya sebagai penguasa. “Dalam konteks Indonesia, itu
delapan kali Pemilu,” ujar Anis, di depan seribuan kader PKS di Kabupaten
Sukabumi.
Kesabaran, tegas Anis,
adalah bagian dari kualitas kepemimpinan. Konspirasi dan konflik, ujar dia,
adalah sunnatullah. Karenanya, yang terpenting adalah menempa kemampuan untuk
tak terlibas konspirasi atau kalah dalam pertempuran.
“Jangan lupa, kisah nabi
itu juga menunjukkan bahwa di atas semua konspirasi dan rencana, penentu adalah
Allah,” kata Anis. Contohnya adalah alur cerita pengecualian Musa dari
pembantaian bayi berdasarkan mimpi Firaun. Juga, berubahnya rencana membunuh
Yusuf menjadi pembuangan ke sumur.
Soal daya tahan, Anis
berpendapat ‘pertarungan’ PKS dengan partai lain ibarat anak kecil berhadapan
dengan orang tua.
“Kami ibarat anak kecil,
tak punya teknik (pada awalnya), tapi ada semangat, punya stamina, dan
berkembang,” kata dia.
Anis menambahkan persoalan
terbesar partai politik di Indonesia adalah kelelahan. Baik karena usia maupun
faktor panjangnya waktu kompetisi politik Indonesia pada setiap tahapnya. “Putusan
Mahkamah Konstitusi (soal kewajiban verifikasi partai), juga akan jadi ujian
partai politik,” kata dia.
Kemampuan memberikan
solusi, tambah Anis, juga akan menjadi faktor penentu berikutnya. Lagi-lagi dia
merujuk kisah nabi Yusuf, yang bukan orang Mesir tetapi mampu memimpin kerajaan
di negeri itu. “Kuncinya adalah kemampuan memberikan solusi,” ungkap Anis. ■

0 komentar :
Posting Komentar